KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menggelar Rapat Teknis Penyuluh Pertanian selama tiga hari, 19–21 Agustus 2025, di Ballroom Hotel Grand Elty Singgasana Tenggarong. Kegiatan ini menjadi langkah strategis memperkuat peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam menghadapi tantangan sektor pertanian Kukar.
Kepala Distanak Kukar, Muhammad Taufik, menegaskan bahwa penyuluhan pertanian merupakan aspek penting dalam rantai pengembangan pertanian di Indonesia. Ia menyinggung keberhasilan swasembada pangan pada era Presiden Soeharto yang ditopang oleh peran besar penyuluh pertanian.
“Perannya luas, mulai dari penyuluh lapangan (PPL), penyuluh swadaya, hingga pihak-pihak lain yang terlibat. Hari ini tantangan kita semakin besar, salah satunya mendukung Astacita kedua yaitu penguatan swasembada pangan dan energi, sekaligus mewujudkan visi Kukar Idaman. Karena itu, peran PPL sangat strategis,” ujar Taufik, Selasa (19/8/2025).
Rapat teknis ini, lanjut Taufik, tidak hanya menambah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan para penyuluh, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi, memperkuat motivasi, serta menyatukan strategi agar seragam di seluruh kecamatan.
Saat ini Kukar memiliki 127 PPL, baik aparatur sipil negara (ASN) maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K). Namun, sebagian besar di antaranya sudah senior dan segera memasuki masa purna tugas. Kondisi ini membuat regenerasi penyuluh menjadi tantangan tersendiri, sebagaimana halnya regenerasi petani di lapangan.
Idealnya, satu PPL membina 18 kelompok tani. Namun kenyataannya masih ada penyuluh yang harus menangani beberapa desa sekaligus. Untuk menutupi kekurangan itu, pemerintah daerah menghadirkan penyuluh swadaya yang telah dilatih, di-SK-kan Bupati, dan difasilitasi secara resmi. Penyuluh swadaya ini umumnya merupakan tokoh petani muda yang aktif di lapangan.
Lebih lanjut, Taufik memaparkan bahwa kendala utama pertanian di Kukar adalah keterbatasan air pada musim kemarau dan kelebihan air pada musim hujan. Tidak seperti di Jawa atau Bali yang memiliki sumber air alami, Kukar masih menghadapi hambatan besar dalam ketersediaan air.
“Akibatnya, sering terjadi gagal tanam atau gagal panen di sebagian lahan,” jelasnya.
Saat ini, Indeks Pertanaman (IP) di Kukar masih berada di angka 1,67. Artinya, sebagian lahan hanya bisa ditanami sekali setahun, sebagian lainnya dua kali, sementara pola tanam tiga kali setahun masih sangat terbatas.
“Kita terus mendorong peningkatan produktivitas dengan intervensi teknologi dan pendampingan PPL. Harapannya, indeks pertanaman bisa meningkat dan ketahanan pangan daerah semakin kuat,” pungkas Taufik.
Pewarta & Editor : Fairuzzabady