KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA – Riuh tepuk tangan penonton Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) di Banjarmasin, Minggu (31/8/2025), menjadi saksi lahirnya sebuah nama baru di panggung musik tradisi. Di penghujung penampilan, kelompok musik yang sebelumnya dikenal dengan nama Olah Gubang resmi memperkenalkan identitas barunya “Petala”.
Bagi para personelnya, momen itu bukan sekadar pergantian nama. Ia adalah tonggak sejarah perjalanan panjang, setelah sepuluh tahun berkarya di bawah naungan Yayasan Gubang. Kini, mereka ingin melangkah lebih mandiri, dengan “rumah” sendiri yang menaungi karya sekaligus manajemen.
“Sederhananya, kami ingin punya rumah sendiri. Supaya bisa bergerak lebih leluasa dan membangun manajemen sendiri,” ujar Achmad Fauzi, founder Petala, Rabu (3/9/2025).
Nama Petala dipilih dengan penuh pertimbangan. Berasal dari bahasa Melayu Lawas dan Sanskerta, petala bermakna lapisan atau tingkatan. Filosofinya, musik tradisi yang mereka mainkan ibarat susunan nada yang saling menguatkan, sebuah representasi keberagaman, kolaborasi, sekaligus kedalaman.
“Kalau dalam musik, petala bisa diibaratkan sebagai lapisan nada. Kalau bicara tentang bumi, ada tujuh lapisan bumi, tujuh lapisan langit. Jadi, ada makna yang luas sekaligus ringan untuk diingat,” jelas Fauzi.
Meski lahir dari rahim Gubang, Petala tidak serta-merta meninggalkan ikatan dengan sanggar lama. Mereka tetap siap terlibat jika dibutuhkan, khususnya dalam mengiringi tari atau proyek kolaborasi. Namun, identitas baru ini membuka ruang lebih luas, dari Kutai menuju panggung nasional bahkan internasional.
Peresmian nama baru di panggung FMTI pun bukan kebetulan. Banjarmasin dipilih karena festival ini mempertemukan komunitas musik tradisi dari berbagai penjuru Indonesia, sekaligus karena Banjar diyakini menyimpan makna spiritual.
“Banjar dikenal sebagai tanah para guru dan ulama. Ada doa yang menyertai langkah baru ini,” kata Fauzi.
Dengan semangat baru, Petala bertekad menjaga akar tradisi sekaligus menghadirkan karya yang lebih segar dan dekat dengan generasi muda. Mereka pun menyiapkan karya anyar untuk segera dirilis.
“Dalam waktu dekat kami akan merilis single hits kami, dengan konsep khas Petala yang tidak meninggalkan tradisi Kutainya,” tutup Fauzi.
Lahirnya Petala menandai lembaran baru perjalanan musik tradisi dari Kutai. Nama hanyalah simbol, tetapi semangat berkarya serta merawat warisan budaya menjadi denyut utama yang ingin terus mereka jaga dan sebarkan ke panggung yang lebih luas.
Pewarta & Editor : Fairuzzabady




 
 






 
  
  
  
  
  
 




