KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, ruas-ruas jalan di Tenggarong mulai dipenuhi pedagang bendera merah putih. Meski suasananya mengingatkan pada semangat nasionalisme, para pedagang musiman mengaku penjualan tahun ini menurun drastis.
Sumna dan Toha, dua pedagang bendera yang sudah bertahun-tahun mangkal di sekitar Jalan Kartini, mengaku omzet harian kini hanya sekitar Rp100 ribu.
“Saya jualan di sini sejak 2006, nggak pernah pindah-pindah. Kalau Toha bahkan sudah 20 tahunan,” kata Sumna, Senin (11/8/2025).
Menurut Sumna, penurunan penjualan dipicu tren budaya populer yang menggeser minat masyarakat.
“Sekarang banyak yang cari bendera One Piece. Bendera merah putih malah kalah pamor,” keluhnya.
Toha menambahkan, tren bendera bergambar karakter animasi itu lebih diminati anak muda, sementara hujan yang kerap turun beberapa hari terakhir membuat warga enggan keluar rumah. Harga bendera yang dijual berkisar Rp20 ribu hingga Rp50 ribu, tergantung ukuran, dan sebagian besar didatangkan dari Garut, Jawa Barat.
Pemerintah daerah sempat mewacanakan pembagian bendera gratis kepada warga. Para pedagang mendukung ide tersebut, namun berharap kebijakan itu mempertimbangkan kelangsungan usaha mereka.
“Kalau benar dibagi, ya Alhamdulillah. Semoga tetap ada rezeki buat kami. Tapi sekarang masih rencana,” ujar Toha.
Dengan modal usaha Rp3 juta–Rp5 juta per musim, mereka berencana tetap berjualan hingga 17 Agustus. Harapannya, puncak perayaan kemerdekaan mampu mendongkrak penjualan, meski tahun ini kemungkinan besar keuntungan tak akan menutupi biaya hidup selama merantau.
Kisah Sumna dan Toha menggambarkan perjuangan pedagang kecil yang menggantungkan hidup pada momen nasional, namun kini harus bersaing dengan cuaca, selera pasar yang berubah, dan derasnya arus budaya populer.
Pewarta : Muhammad Zailany Editor : Fairuzzabady