KUMALANEWS.ID – Dalam rangka menyambut Hari Nyepi Tahun 2024, Umat Hindu di Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar) melaksanakan sejumlah upacara ritual serta ibadah, yang kemudian dilanjutkan dengan pawai arakan Ogoh-ogoh. Dan kegiatan tersebut, menjadi hiburan serta tontonan yang menarik bagi masyarakat sekitar, pada Minggu (10/3/2024).
Sebelum melaksanakan arakan Ogoh-ogoh keliling desa, terlebih dahulu Umat Hindu di Desa Kerta Buana melakukan sejumlah ritual dan ibadah diantaranya Melasti dengan tujuan untuk menyucikan diri dan Tawur Kesanga yang bermakna sebagai persembahan kepada alam semesta dalam merayakan Hari Raya Nyepi.
“Kami selaku pemerintahan desa sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena ini merupakan hari raya kami Umat Hindu. Dimana di Desa Kerta Buana ini 35 persen berasal dari Bali,” ujar Kepala Desa Kerta Buana, I Dewa Ketut Adi Basuki.
Lebih lanjut I Dewa Ketut Adi Basuki mengemukakan, bahwa Desa Kerta Buana sendiri dinobatkan oleh Kemenag sebagai Desa Sadar Kerukunan Umat beragama. Pasalnya, setiap kegiatan keagamaan selalu mendapatkan dukungan dan fasilitas dari Pemerintah Desa Kerta Buana.
Tak hanya itu, Desa Kerta Buana juga memiliki masyarakat yang majemuk. Dimana ada 19 suku yang bertempat tinggal di desa ini, sehingga hal itu dinobatkan sebagai kampung Pancasila dari Kutai Kartanegara.
Selain itu, I Dewa Ketut Adi Basuki juga mengapresiasi keterlibatan umat beragama yang berpartisipasi dan membantu dalam upacara perayaan hari Nyepi di Desa Kerta Buana. Hal itu dibuktikan banyaknya masyarakat yang antusias bercampur baur menjadi satu memadati di area kegiatan.
“Ini sangat luar biasa. Dimana masyarakat umat beragama di desa ini juga ikut terlibat dalam upacara kami, untuk membantu mengamankan kegiatan yang kami dilaksanakan,” ungkap I Dewa Ketut Adi Basuki.

Upacara ritual dan ibadah umat Hindu di Desa Kerta Buana, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara dalam rangkaian menyambut perayaan Hari Raya Nyepi.(kumalanews.id)
Sementara itu, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Desa Kerta Buana I Komang Widyana menyebut, bahwa sebelum perayaan Nyepi tentunya umat Hindu akan melakukan sejumlah ritual dan ibadah, diantaranya Melasti yaitu upacara penyucian diri umat ke tepi sungai maupun laut yang akan melaksanakan hari Nyepi.
Setelah melaksanakan ritual Melasti, kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Kesanga yang bermakna sebagai persembahan kepada alam semesta, dan selalu dalam keadaan harmoni serta memotivasi umat Hindu secara ritual maupun spritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
“Melalui ritualisasi perayaan Nyepi ini, umat Hindu selalu memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi pribadi yang bijaksana,” ungkap I Komang Widyana.
Dalam hal itu, I Komang Widyana juga juga menegaskan bahwa, ntuk melenyapkan sifat jahat pada diri maka disimbolkan melalui Ogoh-ogoh yang harus dimusnahkan, karena sifat jahat inilah yang akan menggangu dalam kehidupan sosial bagi umat.
“Kami merasa berbahagia sekali, meski Ogoh-ogoh itu bentuk ritual keagamaan umat Hindu, tetapi semua umat beragama juga ikut menikmati kegiatan ini, dan ini juga sebagai bentuk bahwa kita di Kutai Kartanegara, sesungguhnya selalu dapat menjaga hubungan harmonis sesama masyarakat yang berbeda suku dan berbeda agama,” beber I Komang Widyana.
“Semoga kedepan selalu dapat kita pertahankan bahkan lebih baik lagi, agar kita bisa menjadi masyarakat yang maju, modern, madani serta negara kita juga semakin maju dan berkembang,” sambung I Komang Widyana.
Untuk diketahui, dalam menyambut perayaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu di desa Kerta Buana merayakan upacara tersebut dengan arakan Ogoh-ogoh, yang dimaknai mengajak manusia untuk memurnikan sifat Bhuta kala atau sifat jahat dalam diri, sekaligus menjaga alam dan sumber daya di dunia serta memahami pentingnya berkelanjutan hingga menjauhi prilaku merusak lingkungan. Dan tradisi ini menjadi pengingat akan tanggung jawab terhadap alam sekitar.
Arakan Ogoh-ogoh di desa Kerta Buana ini terdapat 6 karakter Ogoh-ogoh yang di arak keliling desa, yang dipanggul dari berbagai kalangan usia mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga orang dewasa. Selain itu, Ogoh-Ogoh tersebut merupakan karya seni dari pemuda umat Hindu di Desa Kerta Buana, yang dibuat secara bergotong royong.(fz)
















