KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA – Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (Diskop-UKM) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memeberikan perhatian kepada para penyandang disabilitas di Kukar, yang nantinya akan diberikan pelatihan dalam rangka mengembangkan hard skill.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang UKM Diskop-UKM Kabupaten Kukar, Fathul Alamin saat dijumpai pada Jum’at (1/11/2024).
“Jadi teman-teman difabel ini kita tetap menganggapnya seperti kita jadi mereka, kita tetap melihat potensi mereka, dan tahun ini kita berikan mereka pelatihan membatik,” ujar Fathul Alamin.
“Hal itu sesuai dengan request dari para penyandang disabilitas, Diskop-UKM Kukar akan memberikan pelatihan berupa seni membatik,” sambung Fathul Alamin.
Lebih lanjut Fathul Alamin mengemukakan bahwa, hal tersebut berangkat dari kemampuan para difabel seperti menggambar menjahit sehingga Diskop-UKM mengirimkan 35 orang belajar membatik di Jogyakarta.
Dimana para penyandang disabilitas itu dilatih selama 10 hari baik teori maupun praktek, sehingga mampu menghasilkan karya seni yang bernilai ekonomis.
“10 hari kita latihan untuk membatik untuk hanya teori mereka langsung praktek, sudah ada karya mereka kebetulan saya beli pakaian mereka,” ungkap Fathul Alamin.
Baca juga Jelang Pilkada 2024, KPU Kukar Lakukan Penyortiran dan Pelipatan Surat Suara Selama Lima Hari https://kumalanews.id/2024/11/01/jelang-pilkada-2024-kpu-kukar-lakukan-penyortiran-dan-pelipatan-surat-suara-selama-lima-hari/
Fathul Alamin juga mengungkapkan bahwa, setelah diberikan pelatihan, Diskop-UKM Kukar membuatkan para penyandang disabilitas rumah produksi dan telah memiliki brand sendiri serta dalam proses pendaftaran haki.
Beberapa jenis batik yang dihasilkan seperti batik sulam tumpar, gasing buceros, dan batik khas kota lainnya yang didesain sendiri.
Sayangnya, dikarenakan kesibukan dari para penyandang disabilitas sehingga batik yang dihasilkan berskala kecil.
“Sementara ini mereka memang basisnya masih kecil, karena sebagian ada yang pelajar, mahasiswa dan juga ada yang bekerja sehingga mereka bekerja sesuai dengan request pesanan,” beber Fathul Alamin.
Fathul Alamin menyebut bahwa, kerajinan batik yang dihasilkan para penyandang disabilitas itu berupa kain yang memiliki daya jual tinggi dibandingkan dengan baju yang sudah jadi.
Menurutnya, untuk proses penyelesaian 1 item membutuhkan waktu seminggu dalam pengerjaannya karena teknik yang digunakan merupakan batik tulis.
“Karena mereka batik tulis bukan cetak, makanya pengerjaannya lama kalau saat latihan 8 hari sekarang seminggu sudah selesai,” tandas Fathul Alamin.(adv/diskominfokukar/ind/ruz)