KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus memperkuat upaya pelestarian seni lisan tradisional Ladon, salah satu kekayaan budaya yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Kutai.
Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Cagar Budaya Disdikbud Kukar, M. Saidar, menjelaskan bahwa Ladon merupakan bentuk komunikasi lisan yang dibawakan secara bersahutan oleh dua orang, dengan lirik atau syair yang sarat akan pesan moral dan nilai-nilai budaya.
“Ladon biasanya disampaikan secara bersahutan dan disesuaikan dengan tema yang diangkat. Melalui irama dan kata-kata yang puitis, masyarakat Kutai menyampaikan nilai-nilai kehidupan dengan cara yang indah dan menghibur,” ungkap Saidar, Selasa (21/10/2025).
Ia menerangkan, seni Ladon memiliki kemiripan dengan tradisi tarsul, namun dengan karakter penyampaian yang berbeda. Dalam Ladon, dua orang pelantun saling menimpali secara bergantian, menciptakan irama dialog yang dinamis serta menggambarkan kecerdasan verbal masyarakat Kutai dalam mengolah bahasa.
Tema yang diangkat dalam Ladon umumnya bersifat edukatif dan mengandung pesan kebajikan — mulai dari ajakan untuk menjaga kelestarian budaya, memperkuat rasa kebersamaan, hingga menegaskan pentingnya menjaga identitas bangsa. Dengan demikian, Ladon bukan hanya berfungsi sebagai hiburan rakyat, tetapi juga sebagai media pendidikan moral dan sosial.
Menurut Saidar, keberadaan Ladon menjadi bukti bahwa masyarakat Kutai memiliki kreativitas tinggi dalam mengekspresikan nilai-nilai budaya melalui seni tutur. Tradisi ini juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat lokal yang menghargai harmoni, kebersamaan, dan keindahan bahasa.
“Ladon merupakan warisan budaya yang mencerminkan kecerdasan lokal masyarakat Kutai. Melestarikannya berarti menjaga jati diri dan karakter bangsa dari akar tradisinya sendiri,” jelasnya.
Ia menambahkan, agar tradisi Ladon tetap hidup di tengah arus modernisasi, diperlukan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, terutama dalam memberikan ruang pembelajaran bagi generasi muda.
“Anak-anak muda perlu dikenalkan dan dilatih untuk membawakan Ladon, agar mereka memahami nilai-nilai budaya leluhur dan mampu meneruskannya ke generasi berikutnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Saidar berharap kegiatan pelestarian ini dapat memperluas apresiasi masyarakat terhadap Ladon, baik di tingkat lokal maupun nasional. Dengan begitu, seni lisan khas Kutai ini tidak hanya bertahan, tetapi juga menjadi kebanggaan bersama.
“Ladon bukan sekadar tradisi, tetapi simbol identitas dan keunikan masyarakat Kutai. Melestarikannya adalah tanggung jawab bersama demi menjaga warisan budaya agar tetap hidup dan relevan di masa depan,” pungkas Saidar.
ADV Disdikbud Kukar Pewarta : Indirwan Editor : Fairuzzabady @2025
















