Menu

Mode Gelap
Tari Ganjur, Tarian Sakral Penjaga Keamanan dalam Erau Adat Kutai Tari Dewa Memanah, Ritual Sakral dalam Erau Adat Kutai Balap Ketinting Sukses Digelar, Meriahkan Erau Adat dan Hari Perhubungan Nasional 2025 di Tenggarong Tradisi Beseprah Di Tanah Kutai, Jalin Kebersamaan dan Keakraban Balap Ketinting Meriahkan Erau Adat 2025 dan Hari Perhubungan Nasional di Tenggarong

SENI BUDAYA · 24 Sep 2025 17:15 WITA ·

Ritual Beluluh, Prosesi Penyucian Sultan Dalam Rangkaian Erau Adat Kutai


 Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin, saat melaksanakan ritual Beluluh pada sore hari. (Foto. Dok: Awal) Perbesar

Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin, saat melaksanakan ritual Beluluh pada sore hari. (Foto. Dok: Awal)

KUMALANEWS.ID, KUTAI KARTANEGARA – Selama perayaan Erau Adat Pelas Benua, setiap hari digelar sebuah ritual khusus di area depan Keraton Kutai Kartanegara Ing Martadipura atau yang kini dikenal sebagai Museum Mulawarman.

Ritual sakral ini disebut Beluluh, yakni prosesi penyucian bagi Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin. Tujuannya untuk membersihkan Sultan dari berbagai unsur kejahatan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Biasanya dilaksanakan pada sore hari, prosesi dimulai dengan Sultan yang didudukkan di atas tilam kasturi sebagai tahap pembukaan. Selanjutnya, Sultan bangkit dan menaiki balai bambu dengan terlebih dahulu memijak pusaka batu tijakan.

Sultan kemudian duduk di bagian tertinggi balai, tepat di bawah ikatan daun beringin (rendu), dan dipayungi selembar kain kuning bernama kirab tuhing. Setelah itu, prosesi tepong tawar dilaksanakan. Dalam tahap ini, Belian Bini memercikkan air kembang ke sekeliling Sultan. Sultan lalu mengusap kepalanya dengan air tersebut, sebelum Belian Bini menaburkan beras kuning sebagai simbol doa dan restu.

Usai tepong tawar, ritual berlanjut dengan prosesi menarik ketikai lepas, yakni anyaman daun kelapa yang dirancang agar terurai saat kedua ujungnya ditarik. Dalam prosesi ini, Sultan memegang salah satu ujung, sementara ujung lainnya ditarik oleh tamu kehormatan yang ditunjuk khusus, biasanya pejabat daerah atau tokoh tertentu. Prosesi ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian ritual Beluluh.

Perlu diketahui, nama Beluluh berasal dari gabungan kata buluh yang berarti batang bambu dan luluh yang berarti musnah. Penamaan ini merujuk pada balai bambu bertingkat tiga yang digunakan sebagai singgasana Sultan selama ritual. Balai tersebut diletakkan di atas lukisan tambak karang, dengan kaki-kakinya dihiasi daun kelapa. Pada setiap sudutnya, ditempatkan sesajian bernama peduduk.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, segala unsur jahat yang mengitari Sultan akan diluluhkan di atas balai bambu tersebut, sehingga Beluluh bukan hanya ritual adat, melainkan juga simbol penyucian dan perlindungan bagi Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

 

Pewarta & Editor : Fairuzzabady
Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Tari Ganjur, Tarian Sakral Penjaga Keamanan dalam Erau Adat Kutai

26 September 2025 - 17:15 WITA

lip011f

Tari Dewa Memanah, Ritual Sakral dalam Erau Adat Kutai

26 September 2025 - 15:15 WITA

lip011e

Tradisi Beseprah Di Tanah Kutai, Jalin Kebersamaan dan Keakraban

25 September 2025 - 15:15 WITA

lip011c

Bupati Kukar Hadiri Malam Bepelas, Awali Rangkaian Sakral Erau 2025

23 September 2025 - 10:15 WITA

lip10i

Malam Pertama Erau 2025, Disdikbud Kukar Tekankan Pentingnya Lestarikan Tradisi

23 September 2025 - 09:15 WITA

lip10j

Dentuman Meriam Iringi Ritual Bepelas Sultan di Erau 2025

22 September 2025 - 18:15 WITA

lip10f
Trending di SENI BUDAYA