Menu

Mode Gelap
Satu Orang Meninggal Dunia dalam Kecelakaan di Km.13 Kariangau, Tim SAR Lakukan Evakuasi Disdikbud Kukar Gelar Workshop Modul Bahasa Kutai, Dukung Pelestarian Bahasa Daerah Lewat Pendidikan Dukung Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, Disdikbud Kukar Gelar Workshop Penyusunan Modul Bahasa Daerah Untuk Guru SD Sayyid Thariq Assegaff Lantik Pengurus DPW ABI Kaltim Periode 2024-2029 Melangkah Bersama Menuju Nusantara Sehat, Tangguh, dan Bebas Narkoba

BERITA DAERAH · 19 Des 2024 13:15 WITA ·

Edukasi Apoteker : Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas


 Ilustrasi Edukasi Apoteker : Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas (Foto Istimewa) Perbesar

Ilustrasi Edukasi Apoteker : Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas (Foto Istimewa)

KUMALANEWS.ID, KALIMANTAN TIMUR – Apoteker memiliki peran sentral dalam mendidik masyarakat mengenai penggunaan obat secara aman dan rasional, khususnya terkait obat bebas dan obat bebas terbatas. Kedua kategori obat ini, meskipun dapat dibeli tanpa resep dokter, memiliki potensi risiko apabila tidak digunakan sesuai aturan. Edukasi yang memadai dari apoteker sangat diperlukan untuk memastikan masyarakat memahami perbedaan dan penggunaan kedua jenis obat ini dengan benar.

Memahami Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas

Obat Bebas adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala ringan dan ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Contoh obat ini adalah paracetamol untuk demam atau antasida untuk gangguan lambung. Meski tergolong aman, penggunaannya tetap harus sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Obat Bebas Terbatas, di sisi lain, memiliki lingkaran biru bergaris tepi hitam dengan peringatan khusus seperti “Perhatian!” atau “Awas!”.Misalnya,obat flu yang mengandung pseudoefedrin. Obat ini memerlukan perhatian lebih karena efek samping yang mungkin timbul jika digunakan berlebihan atau tidak sesuai anjuran.

Tantangan dalam Penggunaan Obat di Masyarakat

Banyak masyarakat yang kurang memahami simbol dan kategori obat. Masalah ini diperparah dengan kebiasaan membeli obat berdasarkan rekomendasi tanpa memahami dosis atau risiko efek sampingnya. Kebiasaan membaca label juga sering diabaikan, meski informasi penting seperti indikasi, kontraindikasi, dan dosis tercantum jelas. Selain itu, penyalahgunaan obat bebas terbatas untuk tujuan non-medis, seperti mencampurnya dengan bahan narkoba, semakin menambah kompleksitas masalah ini.

Peran Apoteker dalam Edukasi

Apoteker memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada masyarakat, meliputi:

  1. Dosis dan Cara Penggunaan: Apoteker harus menjelaskan dosis yang tepat sesuai usia dan kondisi kesehatan.
  2. Efek Samping dan Interaksi Obat: Edukasi terkait bahaya penggunaan obat bersamaan dengan alkohol atau obat lain yang serupa sangat penting.
  3. Batasan Penggunaan: Misalnya, menjelaskan risiko kerusakan hati akibat konsumsi paracetamol berlebihan.
  4. Konsultasi Proaktif: Apoteker dapat memanfaatkan interaksi langsung dengan pasien untuk memahami riwayat kesehatan dan gejala yang dialami, sehingga dapat merekomendasikan obat yang sesuai.

Selain itu, apoteker dapat menggunakan media inovatif untuk menyampaikan edukasi, seperti:

  • Media sosial: Membuat konten edukatif berupa infografis atau video untuk menjangkau masyarakat luas, terutama generasi muda.
  • Penyuluhan langsung: Berkolaborasi dengan puskesmas, sekolah, atau komunitas untuk memberikan edukasi secara tatap muka.
  • Distribusi materi cetak: Menyediakan brosur atau poster di apotek dengan informasi tentang perbedaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

Dampak Positif Edukasi oleh Apoteker

Edukasi yang dilakukan secara konsisten akan membawa banyak manfaat, antara lain:

  1. Penggunaan Obat yang Lebih Aman: Edukasi meningkatkan kehati-hatian masyarakat dalam mengonsumsi obat, sehingga risiko efek samping dapat diminimalkan.
  2. Pencegahan Resistensi Obat: Penggunaan antibiotik yang rasional mencegah resistensi bakteri yang menjadi masalah kesehatan global.
  3. Efisiensi Biaya Kesehatan: Penggunaan obat yang tepat membantu mencegah komplikasi kesehatan yang membutuhkan biaya lebih besar.
  4. Mengurangi Penyalahgunaan Obat: Pemahaman yang baik tentang risiko penyalahgunaan obat membantu menekan angka penyalahgunaan, terutama di kalangan remaja.
  5. Meningkatkan Kualitas Hidup: Penggunaan obat secara tepat mendukung penyembuhan yang lebih cepat, sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan produktif.

Kesimpulan

Edukasi yang diberikan apoteker tidak hanya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, tetapi juga membangun hubungan kepercayaan antara apoteker dan masyarakat. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat dapat mengelola kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab, sehingga mendukung sistem kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan. Apoteker, sebagai mitra kesehatan yang terpercaya, berada di garda terdepan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sadar, bijak, dan sehat.

Sumber  : Nova Luna Zahra A/Universitas Muhammadiyah Malang/Farmasi – A

Artikel ini telah dibaca 30 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Satu Orang Meninggal Dunia dalam Kecelakaan di Km.13 Kariangau, Tim SAR Lakukan Evakuasi

15 Juli 2025 - 17:15 WITA

WhatsApp Image 2025 07 15 at 15.16.34

Disdikbud Kukar Gelar Workshop Modul Bahasa Kutai, Dukung Pelestarian Bahasa Daerah Lewat Pendidikan

15 Juli 2025 - 15:15 WITA

lip153b

Dukung Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, Disdikbud Kukar Gelar Workshop Penyusunan Modul Bahasa Daerah Untuk Guru SD

15 Juli 2025 - 08:15 WITA

lip153a

Sayyid Thariq Assegaff Lantik Pengurus DPW ABI Kaltim Periode 2024-2029

14 Juli 2025 - 08:15 WITA

lip152a

Sape’ Akustik Nusantara: Merawat Tradisi Lewat Harmoni Etnik-Modern

11 Juli 2025 - 13:15 WITA

lip150a

Kembangkan Minat dan Bakat Siswa SMP di Bidang Olahraga Sepak Bola, Disdikbud Kukar Selenggarakan GSI 2025

10 Juli 2025 - 15:15 WITA

lip149
Trending di BERITA DAERAH